Bagaimana Metode Kritis Filsafat Bekerja ?
Daftar Isi
Pada dasarnya metode kritis bertitik tolak dari kenyataan bahwa berapa banyak pengetahuan dan pendapat manusia ternyata bersifat semu. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan pada problem penting kehidupan seperti terkait kebahagiaan dan kebajikan, yang ternyata di dalamnya terdapat banyak kekaburan dan pertentangan dalam pengetahuan mereka yang jelas itu memperlihatkan kepura-puraan akan pengetahuan itu.
Socrates sendiri memiliki pendapat terhadap kepura-puraan itu dengan menjawab atas dirinya dengan mengatakan bahwa 'ia kurang mengetahui hal-hal asasi itu (kebajikan), tetapi, paling tidak bahwa ia tahu bahwa ia tidak tahu, sehingga ia ingin tahu'.
Maka untuk dapat memahami pengetahuan mana yang paling kuat dari setiap argumen itu, maka Socrates harus bersikap kritis. Sikap kritis yang dilakukan oleh Socrates di analoginya seperti seorang Bidan. Sebab Socrates percaya bahwa setiap orang memiliki potensi pemahaman sejati yang tersembunyi pada dalam jiwanya.
Menurut Socrates, Sebenarnya jiwa manusia mampu mengetahui dan memahami intisari benda-benda, namun karena tertimbun oleh pengetahuan semu maka pemahaman itu harus dibuka, dibongkar, dibersihkan, dilahirkan kembali. dan semua itu hanya bisa dibantu oleh seorang bidan. Dengan begitu, dibeberapa kesempatan ditemukan bahwa Sokrates mengatakan dirinya adalah seorang Bidan, akan tetapi bidan pemikiran dan pengetahuan.
Kenyataan di atas inilah yang membuat Socrates sangat kritis sekali terhadap kekuasaan, karena banyak pengetahuan semu yang muncul dari kekuasaan yang memonopoli kebenaran bersama pihak lain untuk memproduksi "pengetahuan" yang dikonsumsi masyarakat awam. Socrates yang tidak mengetahui semua jawaban dari pengetahuan semu yang diproduksi oleh kekuasaan itu, kemudian mengajak setiap orang yang di temui sepanjang perjalanan mengitari kota untuk berdiskusi, berdialog atau bahkan sekedar bicara bertukar pikiran.
Sumber https://www.atomenulis.com/
Kenyataan di atas inilah yang membuat Socrates sangat kritis sekali terhadap kekuasaan, karena banyak pengetahuan semu yang muncul dari kekuasaan yang memonopoli kebenaran bersama pihak lain untuk memproduksi "pengetahuan" yang dikonsumsi masyarakat awam. Socrates yang tidak mengetahui semua jawaban dari pengetahuan semu yang diproduksi oleh kekuasaan itu, kemudian mengajak setiap orang yang di temui sepanjang perjalanan mengitari kota untuk berdiskusi, berdialog atau bahkan sekedar bicara bertukar pikiran.
Sebab Socrates memiliki keyakinan bahwa dari dialog, diskusi maka kedua bela pihak dapat menyadari kekurangan pengetahuannya dan makin menyempurnakannya. Kondisi inilah yang dikenal dengan Dialektika.
Metode ini bersifat analisa dan pendapat, kemudian disistematiskan dalam hermeneutika yang bertugas menjelaskan apa yang diyakini dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya, membedah, menyisihkan, membersihkan dan pada akhirnya akan ditemukan yang terbaik. Terbaik inilah dikatakan hakikat.
Metode ini bersifat analisa dan pendapat, kemudian disistematiskan dalam hermeneutika yang bertugas menjelaskan apa yang diyakini dan memperlihatkan pertentangan dengan jalan bertanya, membedah, menyisihkan, membersihkan dan pada akhirnya akan ditemukan yang terbaik. Terbaik inilah dikatakan hakikat.
Namun pada kenyataannya, metode kritis Socrates ini biasanya tidak mencapai hasil yang definitif karena setelah dikupas dan dibongkar pasang, sering tidak bisa dirumuskan hakikat atau rumusan umum. Akan tetapi dari ketidaktemuan definitif baku, metode berdampak secara fakta dengan memperlihatkan banyak orang bersifat kritis.
Posting Komentar