Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keberadaan Nilai dalam Pandangan Max Scheler

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas mengenai pemikiran seorang Max Scheler yang berjudul Pemikiran Fenomenalogi Versi Max Scheler. Nah berikut ini kita akan membahas perspektif nilai dalam pandangan Max Scheler.

Pembahasan tentang Nilai. Menurut Max Scheler, nilai berasal dari dunia nilai yang keberadaannya secara esensial tidak tergantung pada objek bernilai yang bersifat empiris. Etika Max Scheler adalah etika material yang tidak empiris melainkan apriori. Nilai secara esensial ditemukan manusia mendahului pengalaman inderawinya dan secara apriori ditangkap manusia dari dunia nilai melalui perasaan emosinya. Keberadaan nilai dalam dunia nilai tidak tergantung pada objek bernilai maupun tujuan.

Nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori dan juga tidak tergantung pada reaksi orang terhadap kualitas tersebut. Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Nilai tetap tidak berubah oleh perubahan yang terjadi pada objek yang memuat nilai bersangkutan. Nilai bersifat absolut, tidak disyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiah, baik secara historis, sosial, biologis ataupun individu murni. Hanya saja, pengetahuan manusia tentang nilailah yang bersifat relatif, sedangkan nilai itu sendiri tidak relatif.

Keberadaan nilai tidak tergantung sama sekali pada pemahaman subjek. Masih banyak nilai yang tak terbatas yang belum dapat ditangkap dan dirasakan oleh siapa pun. Keberadaan nilai tidak tergantung pada kemampuan manusia untuk menangkap dan merasakannya. Nilai juga tidak tergantung pada realitas kehidupan.

Kehidupan adalah suatu fakta yang tidak dengan sendirinya terkait dengan nilai. Nilai merupakan sesuatu yang ditambahkan untuk diwujudkan dalam kehidupan. Nilai harus dipahami sebagai sesuatu yang bersifat absolut, tetap, tidak berubah, dan tidak bergantung pada dunia inderawi yang selalu berubah dalam sejarah.

1. Nilai dan Objek Bernilai

Nilai merupakan kualitas yang dapat terwujud dalam objek atau benda tetapi tidak identik dengan benda itu sendiri. Objek bernilai hanyalah pembawa nilai itu sendiri. Hal atau barang atau objek yang baik pada hakikatnya adalah objek bernilai. Objek ini harus dibedakan dengan nilai itu sendiri. Seseorang dapat menangkap nilai tanpa harus mengacu pada pembawanya. Misalnya nilai “kecantikan dan keindahan” dapat ditangkap tanpa harus memikirkannya sebagai milik dari seseorang atau barang.

Kualitas nilai tidak berubah ketika pembawanya berubah dan juga tidak rusak ketika pembawanya dimatikan atau dihancurkan. Arti dari suatu objek mungkin dapat naik atau turun tingkatannya tapi nilainya tidak ikut berubah-ubah. Keberadaan nilai mendahului objek bernilai. 

Nilai yang termuat dalam suatu objek pembawa nilai yang membuat objek tersebut bernilai, tidak bergantung pada objek pembawa nilai tersebut tapi justru kehadiran nilai tersebutlah yang memberikan objek yang bersangkutan kebernilaian. Manusia tidak mengambil keindahan dari barang yang indah karena keindahan sudah ada terlebih dahulu dari pada barang yang indah. Nilai tidak terpengaruh dalam susunannya ketika pembawanya berubah.

Nilai hanya dapat menjadi nyata dalam hal atau objek bernilai. Nilai belum menjadi nyata ketika belum terwujud dalam hal atau objek yang bernilai. Dalam suatu hal atau objek bernilai, nilai menjadi objektif dan nyata. Terdapat perkembangan nilai dalam dunia nyata ini dengan adanya nilai-nilai kebaikan baru yang terwujud, namun kualitas nilai merupakan objek ideal yang bersifat tetap.

2. Nilai Positif dan Nilai Negatif

Semua nilai berada dalam dua kelompok yaitu positif dan negatif. Nilai positif merupakan sesuatu yang harus ada dan terwujud dalam realitas kehidupan. Nilai negatif adalah sesuatu yang harus tidak ada dan tidak terwujud dalam realitas kehidupan. Semua nilai berada dalam dua kelompok yaitu positif dan negatif. Ada jalinan hakiki antara nilai dan kewajiban ideal. Semua kewajiban harus memiliki dasar dalam nilai yaitu suatu nilai harus ada dan tidak ada. Hubungan antara ada dengan kewajiban ideal merupakan kebenaran apriori yang mengatur hubungannya dengan hal benar dan salah.

Terdapat suatu susunan tingkatan ( hierarki ) nilai. Menurut pengertian yang absolut, nilai kebaikan adalah nilai yang tampak pada tindakan mewujudkan nilai yang tertinggi. Nilai kejahatan adalah nilai yang tampak pada tindakan mewujudkan nilai terendah. Nilai baik adalah nilai yang melekat pada tindakan mewujudkan nilai positif yang merupakan tingkatan tertinggi dalam susunan nilai. Nilai jahat adalah nilai yang melekat pada tindakan yang mewujudkan nilai negatif yang merupakan nilai dalam tingkatan yang lebih rendah atau terendah dalam susunan nilai. 

Dimana perwujudan antara kewajiban ideal dengan nilai ditentukan secara mendasar ditentukan berdasarkan aksioma bahwa sesuatu yang bernilai positif merupakan sesuatu yang harus ada atau wajib ada dalam perwujudannya di dunia inderawi. Adapun sesuatu yang bernilai negatif merupakan sesuatu yang harus atau wajib ada dalam perwujudan di dunia inderawi. Nilai pada prinsipnya diberikan berkaitan dengan keberadaannya dan tidak keberadaannya di dunia inderawi, sedangkan setiap kewajiban berkaitan dengan keberadaan dan tidak berada nilai.

3. Nilai Pribadi dan Nilai Barang

Nilai pribadi yaitu tindakan, seperti tindakan memahami, mencintai, membenci dan menginginkan ), Keempat pembawa nilai ini memiliki hubungan hierarkis ( bertingkat ) yaitu nilai tindakan pada posisi tertinggi, diikuti nilai fungsi dan nilai tanggapan. fungsi (pendengaran, penglihatan), dan tanggapan atau reaksi ( bergembira akan sesuatu ). Terdapat dua jenis nilai yang dimiliki dan melekat pada pribadi manusia yaitu nilai pribadi dan nilai keutamaan. 

Nilai pribadi berkaitan dengan pribadi dan tanpa perantara apa pun. Hanya pribadi yang dapat secara moral baik atau jahat. Nilai pribadi terletak dan membentuk hakikat atau esensi pribadi yang bersangkutan. Pembawa nilai yang berupa tanggapan ini juga memuat tanggapan terhadap pribadi manusia lain, seperti ikut merasakan dan balas dendam.

Selain nilai pribadi, ada juga yang disebut nilai objek ( nilai barang ). Nilai barang merupakan nilai yang melekat pada realitas yang bersangkutan. Nilai barang menyangkut kehadiran nilai dalam hal bernilai. Hal bernilai mungkin bersifat material ( hal yang menyenangkan, hal yang berguna ), vital ( segala hal yang bersifat ekonomis ), dan spiritual ( ilmu pengetahuan dan seni atau nilai budaya).

Selebihnya, semua nilai estetis pada hakikatnya adalah nilai objek atau barang. Nilai estetis dari realitas estetik hanya ada sebagai suatu yang tampak ( Scein ). Nilai estetis tersebut merupakan nilai objek sebab memiliki keserupaan dengan gambar yang diintuisi yang ditangkap dan dirasakan secara langsung dari realitas yang bersangkutan. Dalam pengertian ini, nilai pribadi lebih tinggi dari pada nilai barang karena pribadi terletak dan membentuk hakikat atau esensi pribadi yang bersangkutan. 

Baik secara pribadi maupun tindakan tidak pernah menjadi objek atau barang karena mengobjektifkan manusia dengan cara apapun akan menyebabkan manusia sebagai pembawa nilai moral akan kehilangan artinya atau maknanya. Nilai etika dimiliki oleh pribadi pembawa nilai sebagai suatu yang nyata mengenai dan berpengaruh pada pribadi bersangkutan, tidak sekedar merupakan objek gambaran saja. Sebab nilai barang dan nilai pribadi berkaitan pula dengan nilai pengalaman. 


Seluruh nilai pengalaman yang dikehendaki lebih tinggi dari pada nilai yang sekedar berpengalaman (seperti perasaan inderawi dan perasaan badani). Tingkatan nilai pengalaman ini berhubungan dengan tingkatan nilai yang dialami. Nilai pengalaman religius memiliki tingkatan lebih tinggi daripada nilai pengalaman kenikmatan karena nilai ilahi sebagai yang dialami dalam pengalaman religius memiliki tingkatan yang jauh lebih tinggi dari pada nilai material yang memberi kenikmatan. Demikianlah penjelasan tentang nilai menurut Max Scheler. Terimakasih

Sumber https://www.atomenulis.com/

Posting Komentar untuk "Keberadaan Nilai dalam Pandangan Max Scheler"